Monday, August 23, 2010

Remind ProFauna

Satwa liar tidak bisa bicara,
Namun kita bisa bicara dan berbuat untuk mereka.

Yup, itu adalah slogan yang diusung ProFauna (PF), lembaga independen yang bergerak di bidang perlindungan satwa liar dan hutan. Sebenarnya sudah sejak tahun 2003 Red terdaftar sebagai anggota, tetapi selama itu track record activity hanya pernah mengikuti 1x aksi di Bundaran HI tahun 2004. Itu pun Red lupa aksinya mengusung isu apa. Hehehe... Sejak aksi 2004 habis sudah, tidak pernah ikut serta dalam komunitas. Sampai takdir mempertemukan Red dengan dedengkot PF Jakarta di Sungai Ciberang November 2009(baca postingan "Ciberang Mangstab!). Akhirnya karena malu mengakui keanggotaan yang basi, pada saat backpackeran ke Bali, Red menyempatkan bertandang ke homebase PF Bali bertemu salah satu staff & daftar lagi jadi supporter :D. Jadi punya kaos logo 2 deh...



Nah, akhir-akhir ini ada isu penebangan hutan di Kapuas. Sampai-sampai masyarakat adat di sana meminta bantuan PF untuk menyuarakan unek-unek mereka. Simsalabim... PF mengimplementasikan unek-unek mereka melalui aksi "Stop penebangan hutan" di Bundaran HI bulan Agustus 2010 ini.



Red yang baru pernah sekali ikut aksi 2004, tergerak mau ikut serta. Segala hambatan disingkirkan, dan... Red memantapkan hati untuk gabung (Yeah!!!). Aktivitas berawal dengan dijemputnya Red oleh seorang supporter unik (hehehe, peace ah buat orangnya! ^^V) menuju kantor LASA (Lembaga advokasi Satwa) di Duta Kranji. Beberapa hari sebelumnya udah pernah kesana, tapi yah... maklumlah Red kan lemah spasialnya. Bisa-bisa nyasar muter-muter kalau ngga dijemput. Sampai di LASA, tidak lama kemudian datanglah seorang supporter juga yang membawa puluhan tusuk sate kambing. Yummy, mana saat itu belum makan. Sate kambing segera dihajarrr, itu pun masih ditambah makan nasi goreng keju setelah koordinasi. Heu2... Koordinasi dilakukan di LASA dan esok harinya... Semua supporter sudah siap beraksi! Poster dan banner "Stop Penebangan Hutan di Kapuas Kalimantan" terbentang dengan gagahnya. Ditambah 2 orang artis yang berperan sebagai manusia daun, biar lebih dapet esensinya. Selama kurang lebih 1,5 jam kami berdiri mematung di Bundaran HI. Thanks God cuaca hari itu mendukung, tidak terlalu panas. Jadi Red ngga takut pingsan, wkwkwk... Red hanya berharap, aksi kami kali ini ndak sia-sia. Semoga didengar pemerintah, dan akan ada tindak lanjut dari pemerintah untuk mencegah meluasnya penebangan hutan di Kapuas. Selain memang tempat tinggal satwa liar, hutan adalah aset lingkungan yang sudah semestinya dilestarikan & dijaga keutuhannya. Betul begitu bukan... :)

Wednesday, May 5, 2010

End of 2009 & Beginning of 2010's Trip Part III: Bali

Friday, Jan 1st 2010...
3L menyerang badan kami. Red & Litut mempersilahkan Epi mandi duluan karena kita masih mau rest sebentar. Ms. Eka udah heboh mengingatkan kalau pas jam 12 malam, akan ada banyak kembang api yang terlihat di halaman rumahnya. Benar saja, tepat jam 12 WITA Red, Litut, & Ms. Eka (minus Epi yang lagi mandi, & lum slese mandi ampe kembang api abis) disuguhi atraksi kembang api dengan berbagai warna di angkasa, tak lupa Red mengabadikan momen itu. Wooow, berasa ada di festival besar. Ms. Eka juga mengatakan, setiap malam pergantian tahun tetangga-tetangga pasti menyiapkan kembang api besar seperti yang kita lihat, wah ternyata sudah lumrah ya...



Entah jam berapa kami bangun. Red hanya ingat sempat Subuh tapi tidur lagi. 1 Januari 2010, dimulailah petualangan kami di Pulau Bali... Hari pertama ini kami merencanakan untuk naik motor ke Ubud dan Kintamani. Ada 3 motor yang kami pakai, motor Ms. Eka yang boncengan sama Epi, motornya Asti (rekan kami juga di Bali) dengan Litut, dan motor Nana (nah yang ini partner manjat Red waktu SMA) tentunya dengan Red. Setelah semua siap, kami ber-enam pun berangkat menuju Ubud, tujuan pertama kami adalah monkey forest yang ada di Ubud. Hwa... Banyak sekali kera di sana, fufufu... ya iyalah namanya juga monkey forest. Ada kera besar, kera kecil, kera yang iseng, kera yang lagi nyariin kutu sesama kera, dll model dan kelakuan kera. Ada pula tempat untuk "make a wish" dengan melemparkan kepingan koin.





Puas muter-muter di monkey forest, kami kelaperan! Ms. Eka memberi saran untuk makan babi guling & langsung disetujui yang lain, kecuali Red & Nana yang memang muslim. Ms. Eka & Asti bergantian antri di Warung babi guling Bu Oka. Hufff, ramai betul lho tempat makan itu... Sampai-sampai Red, Litut & Epi eksplore Pura yang terletak di depan warung. Udah selesai putar-putar pura, masih belum selesai juga ngantrinya. Wow... Bungkus... Sudah beres urusan babi guling, kami meluncur ke arah Kintamani. Brrr... udara sudah mulai dinginnn. Tengah hari itu kami berhenti untuk makan siang di rumah makan yang salah satu menunya adalah ayam betutu. Yup, Red & Nana memang makan siang dengan ayam betutu & yang lain dengan babi guling bungkus mereka. Ayam betutu nya mantabbb, paling mantab sih sate lilitnya yang bikin pengeeen lagiii!!!

Perjalanan dilanjutkan... Sempat tersiram hujan, kering, hujan lagi... celana Red juga dari kering, basah, ampe kering lagi. Lumayan pegel duduk di jok motor, sampailah kami di view point nya Danau & Gn. Batur. Buanyak skali orang di sana, parkir aja ribet. Banyak pula orang berjualan, agak mengganggu juga memang. Di trotoar pembatas jalan kami beristirahat & berfoto sebagai agenda wajib. Hehehe...



Jalan pulang terasa menyiksa pantat... Haaa!!! Motor kami sempat terpisah, nyasar, lost communication, dll yang menyusahkan. Selesai melewati itu semua, sampailah kami di Kuta. Berhenti di papan panjat Kuta, hu... bikin kaki & tangan gatel pengen manjat. Di sana udah ada ehm ehm nya Nana yang ternyata pembuat jalur panjat Provinsi Bali. Hmmm, ga jauh2 deh dari dunia manjat. Tujuan selanjutnya... Cuci mata & blanja... Red ga terlalu suka bagian ini sebenarnya. Tapi, skali2 boleh laaah... Udah ngubek2 Surfer Girl & Mooks deket Kuta. Red cuma dapet 1 kaos lengan panjang & 1 clana Quicksilver, yang diskonan pastinya. Cape... Laperrr, Asti udah pulang karna ditanyain orang rumah. Alhasil kami nungguin Medis, ehmnya Nana. Sambil nunggu, nongkrong & mkn malem di warung pecel lele. Tukang pecel lelenya seorang ibu, dari mulutnya terdengar logat Jawa dan suaranya runcing kaya suara Epi! Hahaha...


Saturday, January 2nd 2010...



Di hari ini, kami menjadi apan (anak pantai)... Seharian maennya di pantai euy! Sunblock sudah disiapkan dalam tas. Tujuan pertama, kami menuju Garuda Wisnu Kencana. Mahal juga ya tiket masuknya, 35.000. Jadi deh yang masuk cuma saia, Litut, & Epi. Ms. Eka yang mengajak temannya enggan masuk, karena bosen katanya cuma gitu-gitu aja. Emang sih, di GWK cuma ada banyak patung. Patung besarnya ada dua, yaitu patung Dewa Wisnu yang nantinya akan disandingkan dengan patung raksasa lain, yaitu patung Garuda. Masih banyak patung-patung lain juga yang saia tidak tahu namanya dan bisa dilihat pada gambar-gambar di bawah...






Panas sudah sangat terik saat kami berada di GWK. Selanjutnya beneran jadi apan... First beach in Bali is Balangan Beach! Orang Indo sama orang bule banyakan orang bulenya di sini. Saat itu angin barat sedang bertiup, efeknya banyak ikan-ikan terdampar di pinggiran pantai. Batuan besar bertebaran di pantai ini, bagus dijadikan objek poto. Kami menyebarang ke arah pantai bagian barat, jadi mulai deh basah-basahan kaki :)


2nd beach is Lilo... Pantai yang indah ini masih termasuk hidden beach, sampai-sampai seorang rekan yang udah 5 tahun tinggal di Bali aja belum pernah dengar tentang pantai ini. Uniknya, untuk sampai bibir pantai kita harus menuruni 300an anak tangga. Disediakan lift, dengan kompensasi sebesar 150.000 untuk menaikinya. Wew @_@, karena takut kecapean (masih banyak pantai yang harus dikunjungin). Kami hanya cetrak cetrek (poto-poto maksudnya) di tangga paling atas yang menghadap pantai.



3rd beach is Dreamland! Sebuah pantai menarik dengan ombak besarnya, mengingatkan kami pada Ancol. Hahaha... Kenapa? Karena banyak banget orang, udah kaya pasar. Ms. Eka juga bilang kalau pantai ini semakin ramai sejak Tommy Suharto mendirikan hotel. Nah kalau di sini, banyakan orang Indonya dibanding bule... Biarpun begitu, bentikan-bentukan alam di pinggir pantai ini cukup menarik kok. Gambarnya bisa dilihat di atas paragraf ini...

The 4th beach as the last beach for today is Padang-padang... Tebing di pantai ini sering dipake latian ama si Nana. Jalan masuk ke bibir pantai harus melewati gang sempit seperti gua, barulah bisa sampai di pantai. Kami bertiga ke sana tanpa ditemani Ms. Eka dan temannya karena mereka memilih makan rujak dan mencari informasi tentang pagelaran Tari Kecak di pantai itu. Puas memandangi Padang-padang, kami menuju ticket box pertunjukan Tari Kecak. Tiket seharga Rp. 50.000/orang kami berikan pada penjaga tiket dan ia memberikan selembar sinopsis cerita di balik Tari Kecak. Sepertinya pagelaran di sini masih tergolong baru, karena harga tiket masih relatif murah (di daerah Uluwatu sekitar 70.000), dan penonton relatif sedikit (cuma 7 orang). Prosesi Tari Kecak kami ikuti dengan saksama. He... Keren ya Tari Kecak itu, apalagi pas bagian Hanoman ngacak-ngacak Alengka pake bola-bola api... Huhuhu, cool!!!




Puas putar-putar GWK & 4 pantai, kami masih muter-muter Denpasar wat cari makan... Lapaaar sangat! Dapet makanan pun udah jam 10 malem... Ksian skali kami :'(


Sunday, January 3rd 2010

Kali ini Nana ikut gabung lagi di pjalanan kami... Tujuan slanjutnya adalah Tanjung Benoa. Sebelum ksana, kami menyempatkan diri ke Six Point Beach tepatnya ke tempat Bungy Jumping. Sore ini kami juga akan mencoba Bungy lhooo... Baru deh ke Benoa, dsana ngga nyaman, ditanya2 in terus ma orang-orang, ga cocok buat backpacker berkantong tipis seperti kami. Akhirnya, kami menuju Pantai Geger. Puas nyebur-nyebur & main air, Photo-photo underwater, nyari rumput laut, liat kebon rumput laut. Ms. Eka & Nana juga baru sekali ke pantai ini. Hohoho... Tragedi diomelin di kamar mandi terjadi lagi, kenapa sih musti saia terus yang kena. Gara2 anak2 mandi pada lamaaa banget!

Puas explored Geger, kami menuju pasar ikan Kedonganan untuk membeli ikan, cumi, udang, dan kerang. Ceritanya lagi pada ngidam seafood dan salah satu cara yang murah adalah dengan belanja & di bakar sendiri makanannya. He... Minta bakarin sama salah satu warung seafood. Trus makanannya dibungkus, dibawa buat bekel makan siang di Tanah Lot ^_^

Lumayan jauh jalan ke Tanah Lot. Sampai di sana, mata sempet kriyep-kriyep karena tidur sepanjang perjalanan. Tapi udah sampai pantainya, blast! Mata langsung seger... Besar pisan ombaknya. Ada Pura nya juga di sana. ada lagi yang menarik, holy snake (ular suci) yang katanya adalah penjaga pura di Tanah Lot. Satu persatu dari kami memegang ular itu sambil mengucapkan keinginan dalam hati (petunjuk dari pawangnya). Ular berwarna belang-belang putih hitam.

Makin sore, makin kencang detak jantung di dada (huahaha bahasanya...). Mau bungy jumping neeeh!!! Awalnya nonton bule-bule pada bungy, kok sepertinya enak ya... Giliran kami, pas ditimbang, tanda tangan surat pernyataan, naik lift ke ketinggian lebih dari 40 meter... Huhuhu... Deg, deg, deg... Saia memilih terjun paling awal, tujuannya sih supaya bisa melihat aksi Litut & Epi. Aaaaaaaaaaaaaaaaaa... Cuma itu teriakan yg bisa keluar... Wrrr, rasanya gimana yah! (ga bisa digambarkan dengan kata-kata). Ajiiib lah yang pasti! Litut beraksi setelah saia, barulah Epi. Tangannya Epi sempet kena air pas turun, uuuh curang. Padahal saia juga maunya diceburin ke kolam renang. Mungkin karena berat saia terlalu ringan, jadi ngga bisa nyebur ampe kolam. Puas sekali udah ngerasain bungy jumping. Thx a lot to Nana & Medis lah untuk bagian ini :D

Sisa hari digunakan untuk mengunjungi Pasar Sukowati. Blanja blanji... Epi emang yang paling smangat di bagian ini... Ga berasa, liburannya udah abis!!! Harus segera brangkat ke Bandara Ngurah Rai. Hectic... Jalan macet, kami juga ribet sendiri, saia masih ada urusan pula ktemu ama Mas Dion staff ProFauna di Kuta. Huhuhu... Makin kacau aja. Alhamdulillah smua terlewati, tinggal naik & duduk di Air Asia yang akan membawa kami ke Bandara Soeta, Jakarta. Sempat sekitar 10 menit mengalami turbulens di pesawat. Deg2 an juga. Si Litut ampe bilang, ngelebihin deg2an nya bungy. Akhir cerita... Thx buat smua yang udah support pjalanan kami. It was an amazing trip!!!

Saturday, April 10, 2010

End of 2009 & Beginning of 2010's Trip Part II: Lombok

Tuesday, Dec 29th 2009
Pukul 2 WIB sampai di pelabuhan Ketapang Banyuwangi, bus masuk ke dalam kapal yang menyebrang ke pelabuhan Gilimanuk (Bali). Kurang lebih 45 menit kapal menyebrang. Biasanya di sini diadakan pemeriksaan identitas, tetapi entah kenapa saat itu tidak ada. Saatnya melanjutkan tidur.

Terang menjelang, Red & Litut masih dalam bus Malang - Mataram. Kanan kiri jalan mulai dihiasi pemandangan pura, sebagai tanda kami sedang melewati Bali. Terus berkordinasi dengan Epi yang sudah menunggu di terminal Ubung sejak pukul 5 WITA. Bus kami sampai di sana sekitar pukul 8 WITA. Maapkan Pi, bukan kita yang nyetir soalnya... He... Sementara Epi menikmati jok yang baru diduduki, Red & Litut sarapan dari nasi bungkus yang dibawakan Bude Ila. Sekitar pukul 10 WITA bus sampai di Padang Bay dan mengantri masuk ke kapal yang akan menyebrang ke Lembar (Lombok). Baru sekitar pukul 11 kami mulai duduk di kapal. Kami bertiga sengaja duduk di bagian samping (luar) agar bisa menikmati lukisan alam Gunung Agung dari kejauhan dan birunya langit serta laut. 4 jam menyebrang, kapal mulai merapat. Ternyata benar-benar merapatnya kapal kali ini membutuhkan waktu sejam. Sampai-sampai rekan kami yang ada di Lombok memutuskan menjemput dengan mobil sewaan di Lembar. Bosen rasanya ada di kapal...



Rekan kami yang bertugas sebagai guide kami di Lombok adalah Dudi alias Ngkong yang notabenenya adalah adek kelas Red semasa SMA. Ngkong sempat mengeluarkan banyolannya menganai "Chalie's Angel" saat menjemput kami. Akhirnya dia memperoleh julukan baru dari kami, yaitu "Ngkong Charlie". Sore itu Ngkong mengantar kami ke penginapan Airlangga untuk tempat bermalam. Sementara Ngkong Charlie leyeh-leyeh di kostan nya, kami bertiga juga bersiap mandi. Sialnya, ada kejadian tidak mengenakan mengenai toilet kamar. Hhh... bikin trauma juga, Red pula yang ketiban. Fyuh...

Malam itu, Ngkong meng-guide kami ke Pantai Senggigi. kami ber-4 menikmati malam di Senggigi dengan berjalan sebentar di pantai dan makan jagung bakar di pinggir jalan, yang pedesnya lumayan euy... Satu lagi, poto2 narsis di depan plang hotel daerah Senggigi... Wakakak XDDD


Wednesday, Dec 30th 2009
Bangun pagi-pagi, siap-siap keliling pantai Lombok... Pukul 6 pagi kami sudah check out dari penginapan, merelakan sarapan pagi yang akan didapat demi schedule kami yang padat. Lumayan jauh juga ke pantai-pantai Lombok Barat bagian selatan. Perjalanan sekitar 2 jam. Litut, Epi, dan Red pun sempat tertidur meninggalkan Ngkong yang nyetir sendirian. Maap ya Kong, maklum lah para angel mu ini kecapean di jalan...


Belum pukul 9 pagi, sampailah kami di pantai Batu Kotak. Red menyimpulkan nama batu kotak itu diambil dari sebuah batu besar berbentuk kotak yang terletak di sana. Agenda paling awal yang kami laksanakan adalah... SARAPAN! Sialnya, kami sarapan di sebuah bruga (saung), di bawahnya sudah ditongkrongi anjing-anjing liar dengan gonggongan yang mengerikan. Arrrgggh! Red memang takut dengan anjing, tapi baru kali ini nangis-nangis ga jelas gara-gara gonggongan anjing yang tanpa henti selama qt makan. Litut yang urat isengnya lagi membludak, langsung mengabadikan momen itu lewat video hp, pake di aplot di FB pula. Ndak apa2 lah, menunjukkan pada dunia bila saia juga bisa nangis gara2 takut. Hhh... Sarapan selesai, berakhir pula teror gonggongan ketiga anjing itu. Mereka pun lari entah kemana. Bagus! Jadi Red bisa putar-putar pantai tanpa dibayangi ketakutan akan anjing. Litut & Epi masih menikmati sarapan mereka, sehingga acara keliling pantai ditemani Ngkong. Bibir pantai dibatasi oleh batuan-batuan yang dihuni oleh semacam kepiting. Permukaan batu cukup licin, terbukti dengan sempat terpelesetnya Red di sana. Huh... Intinya, spot menarik di sini terpusat pada batu kotak & batuan di pinggir pantai yang cocok buat foto-foto.


Selepas dari Batu Kotak, kami menuju Pantai Seger yang merupakan pantai legenda Putri Mandalika. Konon, cerita Putri Mandalika kebanggaan suku Sasak terjun di salah satu tebing yang ada di pantai ini. Ini adalah pantai favorit Red. Selain karena kental akan legendanya, keindahan pantai ini sanggup membuat Red terdiam dan enggan beranjak dari sana. Spot menarik di pantai ini bisa dilihat dari beberapa gundukan seperti bukit di sekitar pantai, dari bukit tersebut kita bisa memandang keseluruhan pantai dari atas. Subhanallah berkali-kali terucap sebagai tanda Maha besar nya Sang Pencipta yang telah menciptakan tempat secantik itu. Takut terbuai, trus nantinya ditinggal Ngkong akhirnya kami beranjak masuk mobil dan melanjutkan perjalanan. Goes to the next beach...


Next beach is Kuta... Pantai yang terkenal & dibilang orang-orang bagus banget! Pertama kali kami menginjakkan kaki di pasirnya, terasa pasir merica yang kadang membuat hilang keseimbangan. Ya, pasir merica di sini maksudnya adalah pasir pantai yang membuat ambles pijakan bila kita menginjak permukaan pasir. Suasana Pantai Kuta Lombok ini cocok untuk bersantai, sepi euy pantainya... Saat kami di sana, hanya ada 1 orang wanita bule, dan 1 keluarga bule yang sedang mengelilingi pantai. Spot narsis kami berada di dua buah batu besar di bibir pantai. Agak diburu waktu, ndak berlama-lama di sini. Mluncurlah kami ke spot slanjutnya. Selepas dari Kuta, di kanan-kiri kami banyak bangunan rumah adat Suku Sasak. Ternyata memang ada Desa adat di sepanjang pantai-pantai tersebut. Sayangnya, kami tidak sempat berkunjung ke sana :'(

Pantai Lombok tujuan kami selanjutnya adalah Mawun. Jalan ke arah pantai ini lumayan berkelok-kelok. Indahnya pun bisa terlihat dari kejauhan. "Wow!" adalah kata pertama yang muncul ketika sampai di Pantai Mawun. Pantai yang cocok untuk menenangkan pikiran. Ombaknya besar, banyak pemandangan bukit di sekitarnya, pasir putih pastinya, dan tidak ada karang ataupun kerang di pasirnya. Jadi, kita bisa bebas berenang-renang tanpa takut tergores apapun di sana. Suasananya pun sangat nyaman, hanya ada 1 keluarga bule saat kami di sana. Epi yang udah ngga tahan, langsung menanggalkan pakaian dan bermain dengan derasnya ombak yang bergulung-gulung, sedangkan Red dan Litut hanya bermain dengan ombak dan kamera tentunya... Epi keasyikan maen ombak, sampai-sampai saia harus memberi batasan waktu buat dia. Bukan masalah iri liat dia bisa maen2 ombak, tapi membayangkan waktu yang dibutuhkannya untuk mandi yang ga tahan. Lama ajah euy... XDDD

Rencana selanjutnya adalah bersiap-siap menuju Gili Trawangan... Atas dasar saran dari Ngkong Charlie yang bilang kalo penginapan di sana kmungkinan penuh, kami sepakat nyewa tenda & sleeping bag di Mataram seharga hanya Rp. 30.000 untuk 1 tenda & 3 sleeping bag. Selesai smua persiapan & titip2 an barang di kosan Ngkong, sekitar pukul 3 sore, kami siap brangkaaat... Diantar Xenia sewaan sampai ke Pelabuhan Bangsal, kapal mulai bergerak pukul 4 sore. Kapal mulai merapat di dermaga Gili Trawangan, kami lapor pada petugas setempat. Mereka agak heran karena kami yang notabenenya wanita, akan membuka tenda (ngga tidur di penginapan). Perkiraan si Ngkong tuh salah besar, masih banyak kok penginapan kosong. Udah terlanjur bawa tenda & emang pengen ngirit juga, berjalanlah kami ke arah bruga (pendopo) yang dimaksud Ngkong. Jadi, Ngkong Charlie menunjukkan salah satu spot untuk buka tenda, yaitu di sebuah bruga besar yang juauh nya minta ampun dari dermaga. Red sampe telp Ngkong berkali-kali untuk memastikan letak bruga. Akhirnya sekitar pukul 5 entah lebih berapa menit kami sampai di bruga yang dimaksud Ngkong. Kami segera mendirikan tenda dan menuju pantai untuk menikmati sunset yang indah. Di sela-sela pendirian tenda, Ngkong sms memberitahukan bahwa ia tidak sengaja melihat isi bahan berwarna kuning di dalam kantong plastik. Bahan itu ternyata milik Epi. Hahaha... Malam menjelang, kami bersiap makan malam dengan bekal nasi, olahan udang, & abon yang dibawa dari Mataram. Suhu di dalam tenda, asli panas!!! Mana banyak nyamuk pula... Jadilah semalaman kami tidur dengan keringat yang mengucur deras.




Thursday, Dec 31th 2009
Hufff... Pagi datang, waktunya bongkar tenda & siap2 snorkeling. Si Epi sempet2nya mau pup, pup lah ia di kebon singkong XDDD Waktu snorkeling tiba... Kami pun mulai menceburkan diri di pantai (skalian mandi pagi maksudnya) sampai sekitar 1 jam. Bingung mencari tempat bilas, seseorang menunjukkan kamar mandi yang ada di mesjid setempat. Selagi Litut & Epi mandi, eeeh ada bapak2 ngomel ama Red, ternyata ngga boleh mandi di sana. Red jadi ilfeel buat mandi. Huh, sapa yang mandi, sapa yang diomelin. Haha... Sebelum meninggalkan Gili Trawangan, kami bertiga menyempatkan diri narsis di papan "Welcome to Gili Trawangan". See ya next time Gili Trawangan...

Tujuan kami selanjutnya menuju kosan Ngkong. Ngkong memberi direction untuk naik Cidomo dari pelabuhan Bangsal ke perempatan tempat naik L300 (elf), tetapi kami menghemat dengan berjalan kaki walaupun puanas. Maklum backpacker... Oia, Cidomo adalah kendaraan semacam andong, atau delman yang ditarik oleh seekor kuda & dimotori seorang kusir. Kuda yang biasa dipakai di Cidomo lebih kecil dari kuda-kuda biasanya (kuda sumbawa) & rodanya menggunakan ban mobil. Di perempatan, kami menunggu L300 cukup lama. Turun di Pasar Rembiga, kami kelaparan karena belum sarapan. Jadi kami menuju warung makan terdekat. Perkedel di sana enak... :-bd Setelah perut kami full, beranjaklah kami mencari cidomo untuk menuju kosan. Ngkong memberi info, bila kami naik cidomo dari Rembiga ke kosan akan terkena biaya sekitar Rp.30.000. Setelah tawar-menawar dengan Pak Kusir. Ia setuju dengan harga Rp.20.000 sampai Ampenan (Kota tempat kosan Ngkong). Wah, serius tuh, kok bisa-bisanya ya di bawah harga perkiraan Ngkong. Mindset backpacker kami pun melonjak senang. Hehehe... Tak lama Pak Kusir berkata kita sudah sampai di Ampenan, tapi masih bingung nyari jalan irigasi. What??? Sepertinya kami nyasar!!! Benar saja, setelah bertanya sana sini jalan Irigasi itu ada di Ampenan Selatan. Sedangkan posisi kami sekarang ada di Ampenan utara. Hwaaa... Sang kusir dengan berat hati menolak untuk mengantar kami lebih jauh, dengan alasan kasian kudanya kecapean. Yaaa, turunlah kami dari cidomo dan berjalan menuju pul taksi yang ditunjukkan oleh Sang Kusir. Rp.12.000 kami keluarkan untuk sampai depan pager kosan Ngkong. Jadi kalau ditotal-total Rp.20.000 + Rp.12.000 = Rp. 32.000. Hmmm, ternyata ga jauh-jauh dari prediksi Ngkong.



Di kosan, kami kembali membersihkan diri. Urutan mandi: Red, Litut, & Epi. Kenapa Epi terakhir? Karena yang belakangan bisa keburu gatel-gatel kalo nunggu Epi mandi. Hahaha, peace Pi! Sempat terjadi sebuah tragedi di sini... Jadi, Epi menemukan seember penuh segitiga2 bermuda sebagai pembalasan atas barang2 Epi yang sudah dilihat Ngkong sebelumnya. Muhahaha XDDD aseli kocak!!! Sekitar pukul 3 sore kami bersiap menaiki angkot yang akan membawa saia, Litut, & Epi ke pelabuhan Lembar. Di belakang angkot, si Ngkong dengan setia mengikuti kami dengan motornya.

Pelabuhan Lembar di depan mata, Ngkong Charlie terlihat sedang berbicara dengan seorang yang kami perkirakan sebagai calo... (ternyata bener dong, si orang itu ternyata calo fuso!). Jadilah Ngkong nawarin kita naek fuso. Awalnya kami bingung, fuso itu apa sih? Jawabannya adalah truk besar... Wew, ngga salah nih. Tidak banyak waktu untuk berpikir, kami ambil tawaran itu, karena ongkos lebih miring dibanding ngeteng & otomatis lebih efektif plus efisien lah. Hahaha, pertama kali naik fuso di depan bersama Pak supir. Kami deal akan memberi sebesar Rp. 50.000 untuk bisa menumpang sampai Terminal Ubung. Belum 5 menit kami menaiki fuso, kendaraan itu bergerak masuk menuju kapal. Saat itu juga, pintu fuso dibuka oleh petugas darat yang ada di sana untuk pengecekan. Diduga penumpang gelap, salah satu dari kami diperintahkan turun & membeli 1 tiket kapal. Litut yang kebagian sial... Ia diintrogasi ama tuh petugas2. Ditanya-tanya orang mana, mau kemana, kok mau sih naek truk, dll. Hhh... Memang sedang sial!

Bagusnya kesialan tidak berlanjut. Fuso kami tadi ternyata menaiki kapal yang sepertinya memang kapal baru. Interior ruangan di dalamnya seperti kereta eksekutif, ada TVnya, ada ACnya, jalannya juga cepat. Mangstab pokoknya... Selama di kapal, kami berkordinasi dengan Ms. Eka (rekan di Bali). Koordinasi itu menghasilkan asumsi bahwa fuso yang kami tumpangi akan melewati gang rumah Ms. Eka. Wow, jadi kami ngga perlu nyambung angkot atau taksi lagi... Great!!! Setelah kapal merapat ke Pelabuhan Padang Bay, kami kembali menuju fuso. Sempat ada pemeriksaan KTP di sana & lanjutlah perjalanan kami menuju kosan Ms. Eka. Sepanjang jalan kami bercakap-cakap dengan Si supir yang orang Bali asli & saat itu memang sedang mengendarai fuso menuju rumahnya yang berada di Tabanan. Sayangnya kami lupa menanyakan namanya... Sebelum turun dari fuso, saat sampai di tempat tujuan pun kami sempat berfoto di dalam & di depan fuso yang berjasa bagi kami itu... Hehehe...



Welcome to Bali... Turun dari fuso, Ms. Eka menyambut kami dengan 1 kalimat yang tak terduga... "dasar, kalian gila... Ternyata kalian naek fuso" sambil menggeleng-gelengkan kepala. Kami bertiga hanya bisa nyengir2 ngga jelas! Menuju rumah Ms. Eka... Badan rasanya pengen rebahan aja saat itu. Kami sampai di sana belum tengah malam, sekitar pukul 23.00 WITA, 1 jam sebelum pergantian tahun...

Tuesday, February 23, 2010

End of 2009 & Beginning of 2010's Trip Part I: Malang

Fiyuh... Ga sempet2 nulis euy... Padahal dah ada beberapa trip yang kelewat. Tapi mau describe trip akhir tahun 2009 & awal tahun 2010 dulu ah. Karena apa... Supaya ngga lupa detailnya aja. He :D

Well, trip akhir tahun ini memang sudah direncanakan matang-matang. Daerah yang dikunjungi pun lumayan banyak dan jauh, karena terpisah pulau. Malang, Bali, dan Lombok lah tempat-tempat itu. Kami harus memutar otak untuk membuat rundown perjalanan ini, sebab waktu yang tersedia hanya 10 hari. Yukz ah langsung ke hari pertama...

Saturday, Dec 26th 2009...
Berangkat sore hari menuju stasiun Gambir, bus yang membawa Red ke sana leletnya setengah modar. Litut, rekan yang sudah menunggu di Gambir udah 'dag dig dug seeerrr cleng' menunggu kedatangan Red. Sepanjang jalan bus rasanya ga tenang takut ketinggalan kereta, akhirnya keluar dari tol sekitar daerah Pasar Genjing saia memutuskan naik ojeg sampai Gambir. Pukul 17.20 bertemu dengan Litut di Dunkin Donut Stasiun Gambir. Tepat 10 menit sebelum kereta Gajayana tujuan Malang berangkat. Ternyata eh ternyata... keretanya telat dateng 15 menit. Cari mencari nomor kursi tidak terelakkan, bahkan sempet salah gerbong. Setelah dapet kursinya... jengjengjengjeng... duduk manislah kami dsana.



Ternyata, enak juga ya naek kereta eksekutif (maklum baru skali naek kreta eksekutip). Tempat duduknya lebar, jarak antar kursi depan dan belakang berjauhan, ada TV nya (walaupun channel nya cuma KA TV), AC nya duingin rek, interiornya juga bagus. Demam norak kami berlanjut... Berawal dari ketidakmampuan menutup/membuka kabin, cara buka pintu geser yang ternyata ada tombolnya & harus dipencet dulu baru bisa kebuka, mundurin kursi, sampe tombol on off deket AC yang ternyata tombol lampu (dikira tombol buat nyetel AC). Hufff... cukup sudah, terlalu banyak kenorak'an yang terjadi pada kami. Sisa hari, kami habiskan dengan membaca novel yang saia bawa, menertawakan Litut yang kesakitan mengobati luka jatuh dari motor di kakinya, & terjaga (suer deh ga bisa tidur entah kenapa, padahal kondisi udah nyaman banget, sampe iri liat Litut tertidur dengan pulasnya...).


Sunday, Dec 27th 2009...
Sekitar pukul 2 dini hari baru bisa tertidur, itu pun tidak nyenyak... Fajar merekah, mata saia ikut terbuka pula. Sempat agak heran menyaksikan kelakuan konsumtif 2 penumpang di depan kami. Barang apa aja dibeli, dari makanan sampe selimut merchandise yang dijual pihak KA. Penumpang mulai turun di stasiun Tuban, matahari sudah muncul saat itu. Sekitar pukul 9.30 kereta sampai di stasiun Kota Baru, Malang. Di sana kami sudah dijemput Bude Ila & anaknya Sofyan. Mereka membawa 2 buah motor untuk mengangkut kami ke rumahnya. Berasa di rumah sendiri, dsana kami disambut hangat. Setelah menyempatkan diri istirahat, waktunya makan siang datang. Menu makan siang saat itu adalah sate kambing ndak ketinggalan sambel kecapnya. Wuih, rasanya mantebbb banget!!! Sampai-sampai saia & Litut nggadoin satenya pas nasinya udah ludes. Kelaparan mode on* soalnya ngga sempet sarapan.

Rundown kami memang padat, jadi hari itu juga kami langsung cekidot ke tujuan pertama di Malang yaitu 'Batu'. Motor lagi-lagi menjadi kendaraan kami menuju Coban Rondo yang ada di Batu. Hujan yang turun amat derasnya sama sekali tidak memudarkan niat kami menuju tempat tujuan. Tak terasa, celana basah sesampainya di Coban Rondo :((

Coban Rondo adalah salah satu objek wisata air terjun yang ada di Malang. Legenda dari tempat ini menceritakan Dewi Anjarwati, seorang Putri yang menjanda karena Raden Baron (suaminya) sama-sama gugur dengan Joko Lelono saat saling bertarung. Joko Lelono adalah lelaki yang juga menyukai Dewi Anjarwatii. Sang Dewi berdiam di air terjun dari sebelum sang suami berangkat bertarung, sampai akhirnya suaminya tewas dan tidak kembali. Tempat Sang Dewi menunggu suaminya dikenal dengan Coban Rondo, dalam bahasa Indonesia berarti "Air Terjun Janda".



Hangatnya jagung bakar sangat menggoda untuk mengusir dinginnya hawa di sekitar air terjun. 1 hal menarik di jajaran kantin di sana, ada sebuah spanduk warung bakso bergambar seorang wanita paruh baya agak gemuk yang ternyata merupakan si empunya warung. Hehehe... What a narcistic seller! Sepulangnya dari Batu, kami menyempatkan diri keliling Kota Malang dan nongkrong di Bakso President yang terletak di samping rel kereta api...

Malamnya, saia disibukkan dengan pencarian info transportasi ke arah spot kedua (Lombok). Setelah mendengar, menimbang, dan menganalisa saran dari seorang teman, kami membatalkan rencana untuk naik kereta ekonomi ke Banyuwangi dan menggantinya dengan naik bus malam. Thx lho fren atas sarannya yang berguna. Lelah berpikir membuat mata mengantuk, malam itu kami berkepompong ria alias tidur dalam balutan sleeping bag. Tidur tidak lebih dari dua jam, karena jam 11 sudah ada instruksi untuk bangun. Yeah, kami bersiap menuju Bromo. Hufff... Tired but interested!!!


Monday, Dec 28th 2009
Sepanjang pagi buta menuju Bromo, jalan berkelok dengan amat sangat (lebay mode on*). Carry kami sampai di parkiran Puncak penanjakan atau bahasa Jawanya View Point sekitar jam 3 pagi. Puncak ini berketinggian 2770 mdpl. Weeew @_@ udara dingin sangat mneyengat. Asap mengepul pun keluar bila kita menghembuskan napas dari mulut. Jadi norak sendiri, udah lama ngga ngerasain kaya gitu. He... Saking bekunya udara, mie instan yang kami buat tidak berasa hangat, dingin aja gitu. Sementara mie instan anyep, di sisi lain Litut mengkerut kedinginan. Ha... Di sekitar, banyak yang menyewakan jaket tebal seharga 10ribu. Gawatnya, saia & Litut emang ngga bawa jaket tebal. Beruntung Sofyan membawa beberapa jaket tambahan. Dia sendiri akhirnya tidak pakai jaket, karena jaketnya dipinjamkan ke saia.





Pukul 5 pagi kami mulai mencari posisi untuk melihat sunrise. Wow, mungkin karena sedang musim liburan, banyak sekali orang yang ada di sana. Cari posisi jadi susah deh! Di Puncak Penanjakan ini memang posisi favorit untuk sekedar melihat atau mengabadikan sunrise. Di tempat ini pula akan terlihat panorama gunung-gunung yang berada dalam Kawasan Taman Nasional Tengger Bomo Semeru. Buat para photographer, tempat ini perfect lah buat hunting foto. Sayangnya, awan-awan mendung agak menutupi dn mengganggu munculnya matahari. Betah rasanya berlama-lama dengan pemandangan yang tidak mungkin setiap hari saia lihat. Matahari yang agak malu-malu muncul tertutup awan, dan kabut yang semakin lama semakin tebal menyelimuti gunung-gunung tersebut menjadikan visual di depan mata menjadi unik.

Semakin siang, saat udara menghangat kami mulai turun dan kembali menaiki Carry. Agak aneh memang, di saat orang-orang lain menggunakan mobil-mobil jeep, kami menggunakan Carry untuk medan jalan parah seperti di sana. Bagusnya mobil kami baik-baik saja, hanya sempat kesulitan naik di satu tanjakan yang agak curam (kl kaya gitu bisa dibilang baik2 aja ngga? XDDD). Perjalanan dilanjutkan menuju Gunung Bromo benerannya... Spanjang jalan, ternyata ada beberapa spot yang bagus untuk bernarsis ria. Si Pakde yang jadi guide qt emang mantab... Sebelum menuju kawah Bromo, kami melewati lautan pasir, sejauh mata memandang, bawahnya pasti pasir.

1, 2, 3... Mendaki Bromo dimulai... Lumayan butuh ngatur napas, karena udah 4 tahunan ga naek2 gunung. Kami memilih jalan kaki dibanding naik kuda, supaya lebih menikmati perjalanan ke atas (padahal pelit ga mo ngeluarin duit, hahaha). Setelah naik sekitar 200-an anak tangga, sampai deh kami di Kawah Bromo. Jalan-jalan di atas menikmati pemandangan yang ada, asap-asap kawah, bentukan-bentukan sekitar kawah, dan bukit2 di sekitar Bromo. What a wonderful scenery... >.<

Waktunya pulang ke rumah Bude, istirahat alias tidur. Wat siap-siap cari tiket bus malam sorenya. Sore menjelang, kami berpamitan pada pakde dan bude dsana. Tiket Bus tujuan Lombok sudah di pegang. Jam 6 tepat luncurlah kami ke terminal Malang. Di bus, sempat terlibat perebutan tempat duduk yang tidak perlu. Judul busnya sih eksekutif, tetapi jauh dari bayangan eksekutif. Sempit, panas, untungnya ngga bau... Di perjalanan, kami mulai mengontak Epi rekan kami satu lagi yang janjian bertemu di terminal Ubung, Bali. Walaupun tidak senyaman Gajayana, entah kenapa saia malah bisa tidur di bus ini. Hahaha...