Saturday, April 10, 2010

End of 2009 & Beginning of 2010's Trip Part II: Lombok

Tuesday, Dec 29th 2009
Pukul 2 WIB sampai di pelabuhan Ketapang Banyuwangi, bus masuk ke dalam kapal yang menyebrang ke pelabuhan Gilimanuk (Bali). Kurang lebih 45 menit kapal menyebrang. Biasanya di sini diadakan pemeriksaan identitas, tetapi entah kenapa saat itu tidak ada. Saatnya melanjutkan tidur.

Terang menjelang, Red & Litut masih dalam bus Malang - Mataram. Kanan kiri jalan mulai dihiasi pemandangan pura, sebagai tanda kami sedang melewati Bali. Terus berkordinasi dengan Epi yang sudah menunggu di terminal Ubung sejak pukul 5 WITA. Bus kami sampai di sana sekitar pukul 8 WITA. Maapkan Pi, bukan kita yang nyetir soalnya... He... Sementara Epi menikmati jok yang baru diduduki, Red & Litut sarapan dari nasi bungkus yang dibawakan Bude Ila. Sekitar pukul 10 WITA bus sampai di Padang Bay dan mengantri masuk ke kapal yang akan menyebrang ke Lembar (Lombok). Baru sekitar pukul 11 kami mulai duduk di kapal. Kami bertiga sengaja duduk di bagian samping (luar) agar bisa menikmati lukisan alam Gunung Agung dari kejauhan dan birunya langit serta laut. 4 jam menyebrang, kapal mulai merapat. Ternyata benar-benar merapatnya kapal kali ini membutuhkan waktu sejam. Sampai-sampai rekan kami yang ada di Lombok memutuskan menjemput dengan mobil sewaan di Lembar. Bosen rasanya ada di kapal...



Rekan kami yang bertugas sebagai guide kami di Lombok adalah Dudi alias Ngkong yang notabenenya adalah adek kelas Red semasa SMA. Ngkong sempat mengeluarkan banyolannya menganai "Chalie's Angel" saat menjemput kami. Akhirnya dia memperoleh julukan baru dari kami, yaitu "Ngkong Charlie". Sore itu Ngkong mengantar kami ke penginapan Airlangga untuk tempat bermalam. Sementara Ngkong Charlie leyeh-leyeh di kostan nya, kami bertiga juga bersiap mandi. Sialnya, ada kejadian tidak mengenakan mengenai toilet kamar. Hhh... bikin trauma juga, Red pula yang ketiban. Fyuh...

Malam itu, Ngkong meng-guide kami ke Pantai Senggigi. kami ber-4 menikmati malam di Senggigi dengan berjalan sebentar di pantai dan makan jagung bakar di pinggir jalan, yang pedesnya lumayan euy... Satu lagi, poto2 narsis di depan plang hotel daerah Senggigi... Wakakak XDDD


Wednesday, Dec 30th 2009
Bangun pagi-pagi, siap-siap keliling pantai Lombok... Pukul 6 pagi kami sudah check out dari penginapan, merelakan sarapan pagi yang akan didapat demi schedule kami yang padat. Lumayan jauh juga ke pantai-pantai Lombok Barat bagian selatan. Perjalanan sekitar 2 jam. Litut, Epi, dan Red pun sempat tertidur meninggalkan Ngkong yang nyetir sendirian. Maap ya Kong, maklum lah para angel mu ini kecapean di jalan...


Belum pukul 9 pagi, sampailah kami di pantai Batu Kotak. Red menyimpulkan nama batu kotak itu diambil dari sebuah batu besar berbentuk kotak yang terletak di sana. Agenda paling awal yang kami laksanakan adalah... SARAPAN! Sialnya, kami sarapan di sebuah bruga (saung), di bawahnya sudah ditongkrongi anjing-anjing liar dengan gonggongan yang mengerikan. Arrrgggh! Red memang takut dengan anjing, tapi baru kali ini nangis-nangis ga jelas gara-gara gonggongan anjing yang tanpa henti selama qt makan. Litut yang urat isengnya lagi membludak, langsung mengabadikan momen itu lewat video hp, pake di aplot di FB pula. Ndak apa2 lah, menunjukkan pada dunia bila saia juga bisa nangis gara2 takut. Hhh... Sarapan selesai, berakhir pula teror gonggongan ketiga anjing itu. Mereka pun lari entah kemana. Bagus! Jadi Red bisa putar-putar pantai tanpa dibayangi ketakutan akan anjing. Litut & Epi masih menikmati sarapan mereka, sehingga acara keliling pantai ditemani Ngkong. Bibir pantai dibatasi oleh batuan-batuan yang dihuni oleh semacam kepiting. Permukaan batu cukup licin, terbukti dengan sempat terpelesetnya Red di sana. Huh... Intinya, spot menarik di sini terpusat pada batu kotak & batuan di pinggir pantai yang cocok buat foto-foto.


Selepas dari Batu Kotak, kami menuju Pantai Seger yang merupakan pantai legenda Putri Mandalika. Konon, cerita Putri Mandalika kebanggaan suku Sasak terjun di salah satu tebing yang ada di pantai ini. Ini adalah pantai favorit Red. Selain karena kental akan legendanya, keindahan pantai ini sanggup membuat Red terdiam dan enggan beranjak dari sana. Spot menarik di pantai ini bisa dilihat dari beberapa gundukan seperti bukit di sekitar pantai, dari bukit tersebut kita bisa memandang keseluruhan pantai dari atas. Subhanallah berkali-kali terucap sebagai tanda Maha besar nya Sang Pencipta yang telah menciptakan tempat secantik itu. Takut terbuai, trus nantinya ditinggal Ngkong akhirnya kami beranjak masuk mobil dan melanjutkan perjalanan. Goes to the next beach...


Next beach is Kuta... Pantai yang terkenal & dibilang orang-orang bagus banget! Pertama kali kami menginjakkan kaki di pasirnya, terasa pasir merica yang kadang membuat hilang keseimbangan. Ya, pasir merica di sini maksudnya adalah pasir pantai yang membuat ambles pijakan bila kita menginjak permukaan pasir. Suasana Pantai Kuta Lombok ini cocok untuk bersantai, sepi euy pantainya... Saat kami di sana, hanya ada 1 orang wanita bule, dan 1 keluarga bule yang sedang mengelilingi pantai. Spot narsis kami berada di dua buah batu besar di bibir pantai. Agak diburu waktu, ndak berlama-lama di sini. Mluncurlah kami ke spot slanjutnya. Selepas dari Kuta, di kanan-kiri kami banyak bangunan rumah adat Suku Sasak. Ternyata memang ada Desa adat di sepanjang pantai-pantai tersebut. Sayangnya, kami tidak sempat berkunjung ke sana :'(

Pantai Lombok tujuan kami selanjutnya adalah Mawun. Jalan ke arah pantai ini lumayan berkelok-kelok. Indahnya pun bisa terlihat dari kejauhan. "Wow!" adalah kata pertama yang muncul ketika sampai di Pantai Mawun. Pantai yang cocok untuk menenangkan pikiran. Ombaknya besar, banyak pemandangan bukit di sekitarnya, pasir putih pastinya, dan tidak ada karang ataupun kerang di pasirnya. Jadi, kita bisa bebas berenang-renang tanpa takut tergores apapun di sana. Suasananya pun sangat nyaman, hanya ada 1 keluarga bule saat kami di sana. Epi yang udah ngga tahan, langsung menanggalkan pakaian dan bermain dengan derasnya ombak yang bergulung-gulung, sedangkan Red dan Litut hanya bermain dengan ombak dan kamera tentunya... Epi keasyikan maen ombak, sampai-sampai saia harus memberi batasan waktu buat dia. Bukan masalah iri liat dia bisa maen2 ombak, tapi membayangkan waktu yang dibutuhkannya untuk mandi yang ga tahan. Lama ajah euy... XDDD

Rencana selanjutnya adalah bersiap-siap menuju Gili Trawangan... Atas dasar saran dari Ngkong Charlie yang bilang kalo penginapan di sana kmungkinan penuh, kami sepakat nyewa tenda & sleeping bag di Mataram seharga hanya Rp. 30.000 untuk 1 tenda & 3 sleeping bag. Selesai smua persiapan & titip2 an barang di kosan Ngkong, sekitar pukul 3 sore, kami siap brangkaaat... Diantar Xenia sewaan sampai ke Pelabuhan Bangsal, kapal mulai bergerak pukul 4 sore. Kapal mulai merapat di dermaga Gili Trawangan, kami lapor pada petugas setempat. Mereka agak heran karena kami yang notabenenya wanita, akan membuka tenda (ngga tidur di penginapan). Perkiraan si Ngkong tuh salah besar, masih banyak kok penginapan kosong. Udah terlanjur bawa tenda & emang pengen ngirit juga, berjalanlah kami ke arah bruga (pendopo) yang dimaksud Ngkong. Jadi, Ngkong Charlie menunjukkan salah satu spot untuk buka tenda, yaitu di sebuah bruga besar yang juauh nya minta ampun dari dermaga. Red sampe telp Ngkong berkali-kali untuk memastikan letak bruga. Akhirnya sekitar pukul 5 entah lebih berapa menit kami sampai di bruga yang dimaksud Ngkong. Kami segera mendirikan tenda dan menuju pantai untuk menikmati sunset yang indah. Di sela-sela pendirian tenda, Ngkong sms memberitahukan bahwa ia tidak sengaja melihat isi bahan berwarna kuning di dalam kantong plastik. Bahan itu ternyata milik Epi. Hahaha... Malam menjelang, kami bersiap makan malam dengan bekal nasi, olahan udang, & abon yang dibawa dari Mataram. Suhu di dalam tenda, asli panas!!! Mana banyak nyamuk pula... Jadilah semalaman kami tidur dengan keringat yang mengucur deras.




Thursday, Dec 31th 2009
Hufff... Pagi datang, waktunya bongkar tenda & siap2 snorkeling. Si Epi sempet2nya mau pup, pup lah ia di kebon singkong XDDD Waktu snorkeling tiba... Kami pun mulai menceburkan diri di pantai (skalian mandi pagi maksudnya) sampai sekitar 1 jam. Bingung mencari tempat bilas, seseorang menunjukkan kamar mandi yang ada di mesjid setempat. Selagi Litut & Epi mandi, eeeh ada bapak2 ngomel ama Red, ternyata ngga boleh mandi di sana. Red jadi ilfeel buat mandi. Huh, sapa yang mandi, sapa yang diomelin. Haha... Sebelum meninggalkan Gili Trawangan, kami bertiga menyempatkan diri narsis di papan "Welcome to Gili Trawangan". See ya next time Gili Trawangan...

Tujuan kami selanjutnya menuju kosan Ngkong. Ngkong memberi direction untuk naik Cidomo dari pelabuhan Bangsal ke perempatan tempat naik L300 (elf), tetapi kami menghemat dengan berjalan kaki walaupun puanas. Maklum backpacker... Oia, Cidomo adalah kendaraan semacam andong, atau delman yang ditarik oleh seekor kuda & dimotori seorang kusir. Kuda yang biasa dipakai di Cidomo lebih kecil dari kuda-kuda biasanya (kuda sumbawa) & rodanya menggunakan ban mobil. Di perempatan, kami menunggu L300 cukup lama. Turun di Pasar Rembiga, kami kelaparan karena belum sarapan. Jadi kami menuju warung makan terdekat. Perkedel di sana enak... :-bd Setelah perut kami full, beranjaklah kami mencari cidomo untuk menuju kosan. Ngkong memberi info, bila kami naik cidomo dari Rembiga ke kosan akan terkena biaya sekitar Rp.30.000. Setelah tawar-menawar dengan Pak Kusir. Ia setuju dengan harga Rp.20.000 sampai Ampenan (Kota tempat kosan Ngkong). Wah, serius tuh, kok bisa-bisanya ya di bawah harga perkiraan Ngkong. Mindset backpacker kami pun melonjak senang. Hehehe... Tak lama Pak Kusir berkata kita sudah sampai di Ampenan, tapi masih bingung nyari jalan irigasi. What??? Sepertinya kami nyasar!!! Benar saja, setelah bertanya sana sini jalan Irigasi itu ada di Ampenan Selatan. Sedangkan posisi kami sekarang ada di Ampenan utara. Hwaaa... Sang kusir dengan berat hati menolak untuk mengantar kami lebih jauh, dengan alasan kasian kudanya kecapean. Yaaa, turunlah kami dari cidomo dan berjalan menuju pul taksi yang ditunjukkan oleh Sang Kusir. Rp.12.000 kami keluarkan untuk sampai depan pager kosan Ngkong. Jadi kalau ditotal-total Rp.20.000 + Rp.12.000 = Rp. 32.000. Hmmm, ternyata ga jauh-jauh dari prediksi Ngkong.



Di kosan, kami kembali membersihkan diri. Urutan mandi: Red, Litut, & Epi. Kenapa Epi terakhir? Karena yang belakangan bisa keburu gatel-gatel kalo nunggu Epi mandi. Hahaha, peace Pi! Sempat terjadi sebuah tragedi di sini... Jadi, Epi menemukan seember penuh segitiga2 bermuda sebagai pembalasan atas barang2 Epi yang sudah dilihat Ngkong sebelumnya. Muhahaha XDDD aseli kocak!!! Sekitar pukul 3 sore kami bersiap menaiki angkot yang akan membawa saia, Litut, & Epi ke pelabuhan Lembar. Di belakang angkot, si Ngkong dengan setia mengikuti kami dengan motornya.

Pelabuhan Lembar di depan mata, Ngkong Charlie terlihat sedang berbicara dengan seorang yang kami perkirakan sebagai calo... (ternyata bener dong, si orang itu ternyata calo fuso!). Jadilah Ngkong nawarin kita naek fuso. Awalnya kami bingung, fuso itu apa sih? Jawabannya adalah truk besar... Wew, ngga salah nih. Tidak banyak waktu untuk berpikir, kami ambil tawaran itu, karena ongkos lebih miring dibanding ngeteng & otomatis lebih efektif plus efisien lah. Hahaha, pertama kali naik fuso di depan bersama Pak supir. Kami deal akan memberi sebesar Rp. 50.000 untuk bisa menumpang sampai Terminal Ubung. Belum 5 menit kami menaiki fuso, kendaraan itu bergerak masuk menuju kapal. Saat itu juga, pintu fuso dibuka oleh petugas darat yang ada di sana untuk pengecekan. Diduga penumpang gelap, salah satu dari kami diperintahkan turun & membeli 1 tiket kapal. Litut yang kebagian sial... Ia diintrogasi ama tuh petugas2. Ditanya-tanya orang mana, mau kemana, kok mau sih naek truk, dll. Hhh... Memang sedang sial!

Bagusnya kesialan tidak berlanjut. Fuso kami tadi ternyata menaiki kapal yang sepertinya memang kapal baru. Interior ruangan di dalamnya seperti kereta eksekutif, ada TVnya, ada ACnya, jalannya juga cepat. Mangstab pokoknya... Selama di kapal, kami berkordinasi dengan Ms. Eka (rekan di Bali). Koordinasi itu menghasilkan asumsi bahwa fuso yang kami tumpangi akan melewati gang rumah Ms. Eka. Wow, jadi kami ngga perlu nyambung angkot atau taksi lagi... Great!!! Setelah kapal merapat ke Pelabuhan Padang Bay, kami kembali menuju fuso. Sempat ada pemeriksaan KTP di sana & lanjutlah perjalanan kami menuju kosan Ms. Eka. Sepanjang jalan kami bercakap-cakap dengan Si supir yang orang Bali asli & saat itu memang sedang mengendarai fuso menuju rumahnya yang berada di Tabanan. Sayangnya kami lupa menanyakan namanya... Sebelum turun dari fuso, saat sampai di tempat tujuan pun kami sempat berfoto di dalam & di depan fuso yang berjasa bagi kami itu... Hehehe...



Welcome to Bali... Turun dari fuso, Ms. Eka menyambut kami dengan 1 kalimat yang tak terduga... "dasar, kalian gila... Ternyata kalian naek fuso" sambil menggeleng-gelengkan kepala. Kami bertiga hanya bisa nyengir2 ngga jelas! Menuju rumah Ms. Eka... Badan rasanya pengen rebahan aja saat itu. Kami sampai di sana belum tengah malam, sekitar pukul 23.00 WITA, 1 jam sebelum pergantian tahun...