Saturday, January 15, 2011

Kembali Melintang Malang (I)

Liburan akhir tahun 2010 dihabiskan dengan diving one day trip di Pulau Pramuka, family gathering di Yogya, dan kembali ngubek-ngubek Malang. Entah apa yang membawa Red kembali ke Malang seperti akhir tahun lalu. Namun, pilihan untuk m'blakrak di Malang akhir tahun 2010 adalah keputusan bagus yang sudah Red ambil. Intinya mah, gak nyesel... ;)


Hari ke-1 (28 Desember 2010)
Setting: di dalam kendaraan Surya Travel dari Yogya menuju Malang, pagi hari
Tokoh: Red
Cerita: Begitu membuka mata, cahaya matahari masih malu-malu bersinar (blom terang), jalan berasa meliuk-liuk... Berdasarkan hasil observasi & tanya sana sini, disimpulkan si mobil sedang lewat daerah Batu. Wuih, cantik rek pemandangannya (tentunya ini pas udah terang). Sawah menghijau, sungai yang berkelok-kelok, air pancuran yang menetes dengan segarnya, dan jembatan gantung menambah keindahan tempat itu (kok jadi kaya karangan liburan anak SD ya...). Ya, memang begitulah laporan dari indera penglihatan Red, sambil mobil terus melaju kencang menuju Malang kota. Oh ya, buat tambahan aja, travel ini biaya nya 95rb dari Yogyakarta. Sama dengan harga bus malam Handoyo Yogya-Malang. Itulah mengapa Red pilih travel dibanding bus, biar dianter ampe depan rumah.

Tet, tet, tet, tet... Sampailah Red di Kota Malang, masih di dalam travel, tinggal berdua ama si sopir, karena yang lain udah pada turun. Terjadilah percakapan antar kami.
Mas Supir: Jalan Raya Sulfatnya sebelah mana Mbak?
Red : He... Gak tau ya Mas, pokoknya no "segini"
Mas Supir: Belum pernah ksana ya?
Red : Udah, taun lalu, tapi kan lupa!
Mas Supir: (nyengir gak jelas, sambil tanya jalan ama orang-orang di luar)
Red : Dlm hati (ya maap dah Mas Supir, di Bekasi yang notabenenya daerah jajahan aja Red bisa nyasar. Apalagi Malang, yang baru pernah Red sambangin selama cuma 2 hari, itu pun gak genep 2 hari)
Tidak ada lagi obrolan saat mobil memasuki ruas jalan raya Sulfat, secara kami sibuk celingak-celinguk ngeliatin nomor-nomor rumah. Hahaha... Alhasil, pada timing yang tepat mata Red tertuju pada tulisan Salon Leyla & papan Jual kambing dengan CP Pak Tohir. Hohoho, that's it! Ketemu juga rumah Budenya Red. Red turun dari mobil sembari ambil barang bawaan & tak lupa mengucapkan terimakasih ama Mas Supir karena udah rela sabar nemenin Red yang cacat arah ini.

Ucapan salam menggema saat masuk rumah, spupu(Pian) udah nongkrong di depan salon buat menyambut kedatangan Red. Berturut-turut salim ama Bude, & Mbak Yanti kakak Pian, juga Pakde yang sepertinya sedang sibuk dengan kambing-kambing pas Red datang. Bude gak bosen nyuruh Red istirahat atau sekedar rebahan, tapi kaki ini rasanya udah gatal-gatel pengen jalan. Gayung bersambut, Pian langsung bersedia jadi guide buat ke Pantai Balekambang. Yippieee... ^^ Pantai Balekambang berjarak sekitar 70 km dari kota Malang, kira-kira 2 jam perjalanan. Siap-siap tepos aja di jok motor. Yeah, berangkat diiringi bacaan Basmallah dan gelengan heran dari Bude, mungkin dalam hatinya berkata "ki bocah ra ndue kesel po... (translate: ni anak ga punya cape kali ya...)"

Perjalanan sepi-sepi aja, ngobrolnya masih irit, ditambah beberapa kali Red njedug'i helm ke helm Pian karena ngantuk. Huhuhu, padahal di travel dah tidur mulu kerjaannya, bisa ngantuk lagi aja. Ckckck... Pas sampe, hal pertama yang dilakukan adalah streching buat otot Gluteus (pantat). Puegelll'e rek!

Mulai masuk ke Pantai Balekambang, kesan pertama: kok sama aja sama pantai-pantai lain ya. Ombaknya besar dan banyak orang, yah mana Pura nya yang Red liat pas browsing nih. Pertanyaan terjawab dengan sendirinya, karena semakin jauh berjalan, pura di atas Pulau Ismoyo itu semakin terlihat. Yup, pantai Balekambang dan Pulau Ismoyo disambungkan dengan sebuah jembatan, yang beberapa bagiannya menurut Red sih harus diperbaiki. Jembatannya ndak terlalu jauh kok dan saat menjejakkan kaki depan pura Red bergumam oh, ini tho Pura Ismoyo... Asik jeprat-jepret, Pian memberi isyarat di atas Pura ada relief dengan tanda "peace" di kedua sisinya. Bertanya-tanya sendiri, apa ya artinya?. Sayang Red tidak bisa masuk lebih jauh ke Pura karena saat itu sedang haid, di depan pura pun ada papan yang maksud tulisannya melarang wanita haid memasuki area Pura untuk menjaga kesuciannya.


Langkah-langkah kami lanjutkan dengan menyisir pinggir pantai. Menuju Pulau yang bersebelahan dengan Pulau Ismoyo. Sebenarnya ada jembatan penghubung juga ke pulau ini, namun kondisinya sudah parah alias rusak. Jadi, ndak bisa menyebrang deh ke pulau itu. Jembatan yang rusak itu sering digunakan para pemancing sebagai shelter pemancingan juga lho (hasil pengamatan waktu di sana). Tiba-tiba, tidak jauh dari jembatan rusak, Pian melihat sesuatu... Awalnya ia kira singa laut atau makhluk laut besar lain. Setelah diperhatikan beberapa kali, ternyata makhluk itu adalah penyu!!! Ada beberapa penyu yang muncul setiap kira-kira 5 menit, dan hanya muncul bagian kepala & salah satu kaki depan dalam waktu hanya sekitar 2 detik. Saking senengnya liat tuh penyu-penyu ngambil napas, jadi autis. Hehehe... Sempet mau ke Pantai Kondang Merak lewat Balekambang, niat dibatalkan karena treknya becek & sepatu tidak appropriate. Bisa-bisa malah kepleset berkali-kali & jadi manusia lumpur.


Pulang dari Balekambang... Kuyup rek! Udan'e dueresss. Hiks, mengurangi jumlah baju bersih Red. Dibalik kesedihan pasti ada kegembiaraan. Benar saja, Niar rek Malang yang staf PF itu maen ke rumah bude. Berlanjut ke sekretariat IPKA, organisasi Pecinta Alamnya spupu-spupu Red (Pian & Gale) buat nongkrong plus kenalan sama beberapa orang di sana.


Hari ke-2 (29 Desember 2010)
Niat muter-muter P-Wec, tapi ndak ada yang mandu. Dah gitu yang nemenin jalan hari kedua ini si Gale, spupu Red yang lain lagi, yang lebih outdoor, lebih sa'karep'e dewe, tapi tetep asiiik! Bingung mau kemana, karena Red emang gak buat itenary. Akhirnya Gale menawarkan diri untuk mengantar ke Ranu Pane, kaki Gunung Semeru. Wooow, perjalanan panjang dengan banyak objek siap mewarnai hari ini...

Objek pertama adalah Candi Jago atau sering disebut pula Jajaghu yang berlokasi di Desa Tumpang. Sekeliling candi adalah rumah-rumah penduduk. Luar pagar candi bisa dengan mudah terlihat baju, celana, underwear yang menjuntai-juntai di jemuran. Hohoho... Sebelum masuk pekarangan candi, kami dipersilahkan mengisi buku tamu yang berisi daftar pengunjung, asal pengunjung, beserta tujuan kedatangan. Dinding sekeliling candi dipenuhi dengan relief-relief pahatan yang tampaknya menggambarkan kisah tertentu. Saat kami di sana, terdapat beberapa petugas yang sedang membersihkan candi. Ada nih satu ebiasaan jelek Red, searching info suatu tempat setelah mengunjungi tempat tersebut. Jadi, ya... Ndak tau ternyata relief di sana bercerita mengenai Kunjarakarna, Partayajna, dan Arjunawiwaha. Waduh, mesti cari info lagi nih mengenai cerita-cerita itu. Hehehe... Satu lagi, ternyata Candi Jago ini merupakan candi yang didharmakan oleh Raja Kertanegara kepada ayahnya Raja Wisnuwardhana. Bahkan ada sumber yang mengatakan kalau candi ini adalah tempat persemayaman Raja Wisnuwardhana tadi. Gak terlalu lama di Candi Jago, kami meluncur menuju Coban Pelangi.

Dibutuhkan trekking sekitar 10-15 menit untuk menuju air terjun Coban Pelangi dari pintu masuk. Melewati jembatan kecil yang berdiri di atas aliran air dari coban. Konon bernama Coban Pelangi, karena sering terjadi pembiasan warna pelangi di sekitar air terjun saat cuaca cerah. Sayangnya Red ksana pas mendung, gak dapet deh pelanginya. Biarpun gak bisa liat pelangi di situ, tetep puas kok! Apik rek coban'e... Sempet ditawarin Gale ke Coban Trisula, tapi waktu mepet pet pet. Lewat aja deh!


Hayooo, lanjut ke Ranu Pane! Masih jauh perjalanan... Di tengah jalan, ada rest area yang dekat dengan persimpangan menuju arah Bromo dan Ranu Pane. Rest area yang asik, karena ada tukang bakso yang nongkrong di situ. Lumayan buat ngangetin badan, uadem rek di situ. Mana waktu itu lagi turun kabut tebelll. Biasanya dari rest area itu sudah dapat terlihat Gunung Bromo yang sedang erupsi lagi akhir-akhir ini. Tapi ya itu tadi... Kabut menutup semuanya! Ugh... Ada pula 1 menara pandang. Biarkan saja ndak bisa liat apa-apa karena penuh kabut, Red tetep aja manjat mengikuti naluri pemanjat. Heu2... Lanjutan perjalanan setelah rest makan bakso lumayan ribet. Beberapa becekan, kubangan, perbaikan jalan sukses kami lewati dengan motor Suzuki Shogun FL 125 RR pinjeman dari Pian. Alhasil motornya dekil buanget! Maap yak Pian ^^V Sepanjang jalan juga kabut gak ilang-ilang. Berasa jalan dimanaaa gitu. Kabut mulai menipis saat kami memasuki desa Ranu Pane. Hmmm, blum bisa naek ke Semeru karena tutup. Yaaa ke Ranu Pane & Regulo nya dulu aja lah. Lumayan memandang-mandang danau, burung, pohon di sana.

Waktunya kembali ke kota Malang... Berangkat kabut, giliran pulang kena hujan. Waduhhh!!! Gak akan rela lagi kehujanan seperti kemarin ama Pian >.<" Jadi Red udah wanti-wanti duluan ke Gale, kalau hujan deras, harus ngiyup dulu. Bisa-bisa baju kering Red habis gak bersisa kalo hujan-hujanan terus. Thank's God hujannya ndak begitu besar, cuma rintik-rintik. Bablas trus lah itu si Shogun yang dikendarai Dogy, ooops Gale maksudnya. Dogy itu nama julukan temen-temennya ke Gale, katanya sih karena dulu dia pake kalung yang mirip rantai anjing. Apa emang rantai anjing beneran ya... Only God, him, & peoples around him knew it!

Ow, masih ada satu tujuan lagi hari ini... Candi Singosari. Kebetulan letak candi itu dekat dengan rumah spupu Red, si Gale itu. So, skalian nganter dia pulang deh. Konon katanya udah lama juga dia jadi Bang Toyib, gak pulang-pulang! Sudah kekurangan banyak energi akibat seharian nongkrong di motor, di Candi Singosari Red hanya menyempatkan sedikit waktu buat jepret sana sini. Mau narsis ria, wajah udah gak keruan. Yowes, akhirnya menuju rumah Gale dan langsung istirahat tidur-tiduran di kamarnya sambil bingung sendiri denger bersinnya dia yang gak brenti-brenti setelah mandi. Bersinnya itu lho, sok imut... Padahal tampang mah serem. Hahaha... Masih gak abis pikir juga setelah dengar penjelasan dari Gale, kalau ternyata setiap habis mandi pasti dia berlaku sama (bersin gak berhenti) dan bisa berhenti dengan merokok. Ada bae... ~_~"


Aktivitas Red tidak berhenti sampai di sana, sudah ada Bayu & Niar (ProFauna supporters), juga temen kantornya Bayu (lupa namanya!) yang mengajak makan di Bakso President. Sempet-sempetnya lho Red & Niar poto-poto di rel (kebetulan persis depan Bakso President adalah rel kereta api), sampe pake auto segala biar bisa poto berdua. Dilanjut dengan nonton bareng final kompetisi Sepakbola yang sedang heboh seantero Asia Tenggara, Suzuki Piala AFF 2010. Niar yang memang orang Malang memilih UM (Universitas Negeri Malang) sebagai tempat nonton kami. Seruuu siiih, tapi kok Indonesia kalah yaaa...!


Hari ke-3 (30 Desember 2010)
Planning hari ketiga ini adalah "rafting" di kali Amprong 2x trip. Motor Pian sempet bocor saat menuju start position. Jadi tertunda agak lama deh mulainya. Hehehe... Jujur! Ini kali paling coklat yang pernah Red arungin :D Secara kali di kota gitu lho. Teman-teman yang berpartisipasi pada rafting ini adalah Himakpa, mapala ITN (Institut Teknologi Nasional) Malang. Trip pertama personil di perahu hanya 5 orang. Gradenya biasa, tapi ada 1 pohon yang bikin trip pertama ini jadi luar biasa. Perahu karet yang kami naiki menerobos juntaian batang-batang pohon berduri. Wooo... Yang di depan (Gale & Lahung) sih santai, soalnya cepet lepas dari jeratan duri-duri. Nah, yang belakang (Drengez & Pian) mesti heboh teriak-teriak dulu baru bisa bebas dari sayatan duri-duri tidak diundang itu. Wkwkwk... Ktawa aja dah Red mah! Di trip kedua personil nambah jadi 7 orang minus Lahung & Gale. Lumayan aman lah trip kedua, gak pake nyungsep-nyungsep di pohon berduri. Huhuhu...


Malam hari ketiga diisi dengan kongkow di warung STMJ rekomendasi Niar bareng Bayu, Niar, Mas Radius, Semut (kesemuanya suporter PF), dan rekannya Semut (wanita, Red lupa lagi namanya). Bersambung di warung pecel lele, ayam, bebek ... Yeuh, bersambung juga ceritanya di "Kembali Melintang Malang (II)"

No comments:

Post a Comment