Saturday, January 22, 2011

Kembali Melintang Malang (II)

Hari ke-4 (31 Desember 2010)
Pagi di hari terakhir tahun 2010, masih di Kota Malang… Aktivitas cuma jalan-jalan keluar (sekitar jalan raya Sulfat), ngga jauh-jauh dengan satu alasan: “takut nyasar” karena sepertinya Red punya kemampuan spasial dibawah rata-rata. Hehehe… Sepanjang jalan ternyata banyak yang jualan makanan. Sebenarnya Red sudah sarapan di rumah, untungnya cuma makan sedikit nasi, jadi ndak masalah kan kalo diisi nasi pecel lagi :D Harusnya ada 1 aktivitas lagi yang mesti dilakuin, it’s packing! Red mau ikut Gale ke Pulau Sempu, bareng beberapa temennya juga dari Himakpa. Kalau Pian planning new year’s eve nya ke Pantai Bajul Mati. Jadi, yaaah Red pilih Sempu deh yang ada trekking nya. Berhubung Gale bilang bakal brangkat sore, Red nyantai aja gak packing pagi-pagi, siang-siangan aja lah nanti.

Tak dinyana & tak diduga sekitar jam stengah 11 si Gale sms menyatakan pembatalan trip ke Sempu. Hah??? Apa2 an nih seenaknya aja dia ngebatalin. Bagusnya dia memberi tujuan lain buat malam tahun baruan, yaitu ke Gunung Kelud bareng anak-anak IPKA (sedikit dibahas pada postingan blog sebelumnya). Red gak jadi ngamuk deh! Agak jiper sih diajakin naek gunung tanpa persiapan fisik (joging, skipping, renang, spedaan any kind of aerobik exercise) sebelumnya. Baru agak tenang setelah dikasih bocoran ama Gale & Pian kalo Kelud itu gunung wisata seperti Bromo. Ooo… bulet! Seketika itu Red bergerak buat packing, soalnya Gale bilang temen-temen udah pada nunggu buat berangkat. Haaa… Bagus banget!!! Ngasi tau dadakan & pada saat-saat terakhir keberangkatan pula. Red mendadak ribet sendiri karena belum punya cemilan di tas buat ngunyah-ngunyah di jalan. Huuuh…

Beres urusan, langsung cabut ke sekretnya IPKA diantar Pian. Sampai di tempat, semua orang udah pada pasang badan di atas motor tinggal ngegas doang. Nah, satu hal selanjutnya benar-benar membuat Red kaget dan melongo, dengan santainya Gale bilang kalau dia nggak ikut trip ini! Whaaat? Jadi maksudnya Red dititipin sama anak-anak IPKA. Notabenenya mereka semua saling kenal, sedangkan Red berasa jadi seorang penyusup yang nyempil di tengah-tengahnya. Oh no…!!! Sekilas liat muka Pian agak-agak worry & Red sendiri rasanya pengen jambak-jambakin si Gale saat itu juga. Terlanjur nongolin muka di sana, masa mau balik kanan pulang, bukan Red banget itu. Ya sudahlah, toh jadi bisa tau Kelud & nambah temen. Tidak banyak cakap lagi, Gale langsung mengenalkan salah seorang yang akan menjadi driver Red sehari ke depan. He is Denny, A Yamaha Vixion driver. Hweee, bakal naek motor gede nih. Ndak masalah sih naik motor apapun, yang jadi masalah adalah kekhawatiran akan diri sendiri yang gampang ngantuk. Kalau diboncengin sama Gale atau Pian yang sepupu sendiri mah cuek aja njedot-njedotin helm karena ngantuk. Lha ini sama orang baru kenal, cukup tau malu juga laaah mau berlaku seperti itu @_@. Thx God, ternyata di motor Vixion itu gak cuma berdua, tapi ada Bona (seorang anak perempuan berusia 5 tahun, anaknya ketua IPKA). Setidaknya dengan adanya Bona, Red bertanggungjawab menjaga si bocah ini dan mesti standby jagain dong kalau-kalau dia ngantuk. Hoho… Senangnya nge-trip bareng anak kecil, karena udah lumayan biasa rafting bareng anaknya teman yang umurnya 6 tahun dan pernah juga ke Anak Krakatau masih dengan anaknya teman (secara belum punya anak sendiri) yang umurnya 1,5 tahun. I think, it’s nice to have a trip with some young guns! Pada trip ini, gak tanggung-tanggung jumlah bocahnya. Sang kepala suku IPKA membawa ketiga anaknya, masing masing Bona (5 tahun), Meru (4 tahun), dan Hima (4 bulan). Seru kan!

Bismillah, motor-motor mulai dinyalakan mesinnya dan berjalan di atas aspal meninggalkan komplek sekretariat IPKA. Walaupun belum kenal dengan yang lain, dsini sempet jabatan tangan dengan 1 wanita cantik IPKA (hmmm, GR nih pasti kalau orangnya baca), tapi langsung lupa namanya saat itu juga. Huhu, peace! Sebalnya, si Gale mukanya ktawa-ktawa seneng gitu. Red jadi merasa dibuang ama dia. Heuh, awas ya Gal! Tunggu pembalasan Red… Hehehe. Sepanjang jalan masih aja protes ama tindakan Gale yang membiarkan Red (gadis pendiam ini) pergi sendirian. Kecapean protes, ya Red nrimo aja lah. Toh memang enjoy kok… Mungkin Red keasikan sms, sampai gak sadar kalau ternyata sendalnya Bona jatuh di jalan, dua-duanya pula. Duh, baru berangkat udah lalai aja! Jadi merasa bersalah euy >.<” Kasian, si Bona jadi nyeker. Untungnya di spot rest yang kedua (alun-alun Blitar) ada toko sendal, jadilah Bona pake sendal baru.


Sumber mata air panas

Ketidak-aware-an Red terhadap sendal Bona ternyata menular pada hal yang lain. Setelah antar Bona beli sendal, kok rasanya haus dan pengen minum air putih. Pas banget, di tengah arek-arek ada dua botol besar air. Satu botol berisi Fanta merah, satu botol lagi berisi air bening. Berhubung lagi mau minum air putih, Red mengambil botol air bening tanpa kecurigaan apapun. Glek… glek… glek air bening itu masuk ke mulut Red. Sial, sial, sial!!! Red baru sadar kalau air yang udah dimasukin ke mulut itu adalah arak. Hueeek!!! Rasanya panas, pait, gak enak… Mau ditelan, mikir-mikir, di mulut aja panasnya begini, gimana kalau di dalam organ pencernaan. Mau otomatis disembur keluar, maluuu! Akhirnya untuk menahan malu, Red tahan tu cairan di dalam mulut sambil nyari tempat yang tepat buat membuangnya. Bwah, mulut masih berasa panas dan bau setelah dibuang. Jadinya minta air putih sama Shendy (mahasiswi satu ini juga sama dengan Red, baru kenal sama mayoritas anggota IPKA) buat kumur-kumur dan minum (akhirnyaaa minum juga!). Hihihi… Abis itu ketawa sendiri mengutuk kebodohan yang udah diperbuat & berharap ndak ada orang yang sadar dengan kejadian tadi ~_~”.

Perjalanan dilanjut dalam guyuran hujan deras. Pengalaman kehujanan berhari-hari membuat Red ingat untuk bawa raincoat, walupun cuma raincoat pinjeman dari Pian. Setidaknya ndak kuyub dan tidak mengurangi jumlah baju kering yang makin hari makin menipis. Saking deresnya hujan turun, pasukan ngaso lagi di rumah salah satu IPKA’s gank (Bayu). Lumayan buat ngeringin baju (yang pada kebasahan), menghangatkan badan, dan yang paling penting à istirahat dengan kata lain “tidur”. Red pun ganti kostum dengan celana jeans belel yang robek bagian dengkulnya, sampe dibela-belain menutupi bagian robek dengan slayer. Orang lain mah pakai slayer di kepala, kalau Red malah di dengkul. Di rumah Bayu ini, beberapa orang pejantan ngobrol di teras sambil pake sarung karena bajunya basah kuyub, yang lain nonton ‘My name is Khan’ di tv, ada lagi si Meru yang sibuk sendiri liat video Upin Ipin dari handphone salah seorang pasukan. Bahayanya video Upin Ipin di hp itu hanya berjumlah sedikit dibanding video-video lain yang belum pantes dilihat sama Meru… Haduuuh, itu HP nya siapa ya!!!

Sekitar pukul 10 malam, tim bergerak dari rumah Bayu ke pit stop selanjutnya yang berupa warung makan lesehan (masih di Blitar). Warung ini dikelola oleh keluarga salah satu IPKA’ers (Pram), Vandaz lesehan nama tempatnya. Pasukan baru saja sampai, namun serangan kopi sudah datang bertubi-tubi. Wuih, mantab kan! Pas banget jadi antibiotik buat membuka paksa kelopak mata yang diserang bakteri kantuk. Selagi minum kopi, ada 3 orang lagi yang baru datang untuk bergabung dalam pasukan Kelud. Mereka adalah Herlambang, Yus yang ternyata anggota ProFauna dahulu kala, dan Risa (Yus’s partner). Acara utama malam itu adalah nonton kembang api dari 8 arah mata angin di depan Vandaz Lesehan. Secara malam tahun baru, tak usahlah beli kembang api sendiri. Toh sudah banyak orang lain yang beli. Jadi, tinggal menikmatinya bukan! Beberapa bentuk kembang api sempat diabadikan oleh Mas Sugenk. Cool!!! Selesai pesta kembang api, habis pula efek kopi… Mulailah Red cari posisi uenak buat berbaring. Yup, kebetulan ada tempat kosong di sebelah Yoeyoen yang sudah tertidur, tancap. Entah bagaimana Yoeyoen mentransfer rasa kantuk yang sangat pada Red yang berada di sebelahnya. Red pun langsung terlelap. Di pertengahan sadar & tidak, Red melihat sesosok bayangan memadamkan lampu yang berpijar di atas Red & Yoeyoen. Sepertinya itu Amir… Great Bro! It’s a good idea.


Hari ke-5 (1 Januari 2011)
Happy New Year!!!
Pagi menjelang, waktunya melanglang! Pasukan berangkat pukul setengah enam lebih, dimana udara masih dingin digabung pula dengan rintik gerimis. Namun, dingin dan rintik gerimis ndak masuk hitungan untuk mengkandaskan perjalanan pasukan menuju Kelud. Pasukan jadi banyak lho, total ada 9 motor, dengan jumlah total manusia 20 orang (termasuk 2 rekannya Pram, yang satu full of piercing lho –Justo-). Rame yo… Masa, si Tony yang agak latahan nawarin Red arak… Wew @_@ makasih, inget rasanya aja langsung mual. Dia menawarkan, karena Red dikira pria. Huh! Padahal udah lama banget gak dikirain cowo sama orang-orang. Jeng jeng jeng jeng… Setelah ada sedikit tawar menawar alot di pos masuk, pasukan mulai memasuki kawasan Gunung Kelud. Hohoho… Pasukan disambut dengan jalan berkelok dan berliuk plus bukit-bukit hijau menghampar. Ada satu jalan yang lumayan terkenal di Kelud, biasa disebut “jalan misteri” atau “mysterious way”. Posisi jalan itu menanjak, konon kalau kendaraan dimatikan akan bisa berjalan naik sendiri. Penjelasan dari fenomena ini ada beberapa versi, mulai dari yang mistis sampai yang ilmiah. Ada pula yang mengatakan jalannya bermagnet ataupun hanya ilusi penglihatan semata (sebenarnya jalannya itu menurun, tidak menanjak). Beberapa pasukan ternyata mencoba membuktikan hal tersebut, tapi kok gak jalan yaaa motornya, diem aja. Red sendiri malah Cuma memperhatikan semacam poster di pinggir jalan bertuliskan “Mysterious way is here”, tanpa ngeh dan sadar mysterious way itu apa… *dodol!

Red bersama para sahabat cilik

Tak jauh dari parkiran motor wisata Gunung Kelud, perbukitan nan hijau permai menggoda pasukan untuk berjeprat-jepret ria, dilanjut dengan jalan-jalan (gak bisa disebut trekking juga walaupun ke gunung) menuju anak Gunung Kelud. Setelah parkiran, pasukan diharuskan melewati terowongan kira-kira 30 meter untuk melihat salah satu bentuk keindahan Kelud. What’s that? It’s a rock… Berdiri gagah satu tebing indah yang membuat tangan Red gatal-gatal mau manjat. Asli! Sebagai orang yang pernah sedikit menyelami dunia perpanjatan, naluri pemanjat pun mengalir melihat tebing yang ternyata bernama Sumbing itu. Hiks, sedih cuma bisa memandang namun tak bisa memegang… Daripada bersedih ria, lanjut aja lah ke objek utama Kelud yaitu anak gunungnya. Di tempat anak gunung Kelud dulunya hanya berupa kawah, semenjak tahun 2007 saat Kelud tidak jadi meletus, muncullah anak gunung yang tiap tahun akan semakin tinggi. Di sini pasukan mulai berpencar dan mencari posisi masing-masing untuk berpose. Pasukan pun sempat narsis ria bersama dengan Pram “sang tokoh pemanasan” sebagai photographer. Apa tuh sang tokoh pemanasan? Intinya sih badan panas terus gak bakalan kedinginan, efeknya pun si Pram jadi bawel banget & minta dipotret terus (curhat Red sebagai korban bawel & moto-motonya, hehehe Peace Pram ^^V damai ya kita!). Padahal dalam kondisi normal tanpa efek alkohol (ooops keceplosan!), Bunda bilang kalau Pram itu pendiam. Wow… Lumayan dasyat ya efeknya.

Anak Gunung Kelud

Berlanjut ke objek selanjutnya yang berupa sumber mata air panas Berlanjut ke objek selanjutnya yang berupa sumber mata air panas. Butuh perjuangan untuk mencapai tempat satu ini, karena harus menuruni beratus-ratus anak tangga. Huh, pegel! Beberapa pasukan langsung menceburkan diri dan main air di kolam. Red sendiri nyiapin energi aja deh buat naik ratusan tangga tadi, lagi kurang minat sama air. Beres main air, pasukan membuat sarapan mie instan. Suatu kehormatan bagi Red karena disediakan mie spesial pake telur, walaupun sebelumnya dihina-dina karena bawa sendok sendiri, dibilang seperti Bonek yang modalnya sendok doang. Hmmm… Pada saat naik tangga kembali, kebetulan Red bersama dengan Bona… Kuat lho bocah 5 tahun ini! Sepanjang tangga selalu bilang mau istirahat, tetapi hanya 2 kali berhenti. Itu pun cuma beberapa menit. Hebat!

Pengendara & penumpang Vixion

Selesai acara berbasah ria dan sarapan, pasukan nongkrong di depan “panggung gembira”. Yah, Red namakan seperti itu karena orang-orang di sekeliling panggung tampak senang, riang, dan sangat menikmati sajian dangdut yang ada di panggung. Pasukan pria pun bergabung dengan penonton lain di depan panggung, joget!!! Sampai Mas Lukman pun goyang... Ckckck. Cuma Herlambang aja yang masih jaim, dan hanya mengalihkan aktivitas dengan “taking picture” pasukan sebagai penonton. Red aja sampe ditarik-tarik sama Pak Tongky, sang kepala suku IPKA & arek2 lain buat joget. Puas goyang, waktunya pulang... Mampir lagi ke kedai Vandaz, dan lagi-lagi disiapkan makanan dan kopi. Terimakasih sangat buat Tony & Pram’s family tuk hidangannya. Mampir pula tuk pamitan ke rumah Bayu dan lanjut ke arah Malang. Ada-ada saja halangan di jalan, pasukan sempat terhadang oleh air yang menggenang di salah satu ruas jalan. Sampai-sampai Yoeyoen turun dari motor Mas Lukman dan harus gulung-gulung celana untuk melewati genangan air. Hahaha... Thank’s again God, Red gak perlu turun dari motor karena Vixionnya Denny cukup tinggi buat melewati rintangan itu. Sempat beberapa kali pit stop juga untuk memperbaiki lampu motor trail Mas Sugenk, istirahat di Waduk Sengguruh (sudah malam, waduknya ndak kelihatan), dan makan malam rujak cingur/tahu telor di sekitar Kepanjen. Fiuhhh... It was the end of Red’s 2011 new year adventure with great new friends... IPKA’s family! Thank’s a lot guys... For a nice moment! Tidak menyesal bertahun baru dengan kalian, dan ndak akan kapok tuk berpetualang lagi bersama kalian... :D

Indahnya kebersamaan

Note tambahan: IPKA (Ikatan Pecinta Keindahan Alam) Indrakila adalah nama organisasi pecinta alam yang Red sebutkan berulang kali pada posting kali ini. Berdiri 17 Agustus 1955, wow cukup tua ya, bahkan lebih tua dari organisasi yang digembar-gemborkan sebagai perintis perkumpulan pecinta alam di Indonesia yaitu Wanadri dan Mapala UI (berdiri 1966). Red mendapat info dari salah satu anggota IPKA, mulai sekitar tahun 1986 sempat terjadi kevacuuman organisasi secara eksternal. Namun mulai tahun 2008, IPKA mulai kembali eksis di kancah organisasi pecinta alam di Malang.


Hari ke-6 (2 Januari 2011)
Hancur semua rencana hari minggu ini... Manjat di Unisma gagal, ketemu Priyo (rekan PF dari Yogya) pun tidak jadi. Hanya sempat nongkrong di warnet dan sarapan soto di sekitar jalan Sulfat. Gale, tetap menjadi tersangka utama gagalnya planning-planning yang Red sebutkan. Alasannya sih ndak ada motor. Ok Gale, kali ini Red maafkan... Ada 1 rencana yang tidak boleh gagal yaitu silaturahmi ke rumah Om Ipung di Sidoarjo. Sore hari rencana tersebut terlaksana dan dilakukan dalam rombongan. Bude, Mbak Lik, Mbak Yul (keduanya kakak Pian) pun ikut. Tumben, sore itu Malang macet! Melewati kubangan luas lumpur Sidoarjo, pake ditarik 20.000 pulak. Huhuhu... Sampai lokasi, sendal Reebok Kobo Quest Red ilang sebelah. Hwaaa... Rasanya pengen nangis, gak rela!!! Udah bertahun-tahun nunggu diskonan 50%, giliran baru dipake brapa bulan, masa dah ilang :'( Gak mau pasrah gitu aja, Red minta banyuan Pian buat nyusur jalan, dan akhirnya... Ketemu juga sendal Reeboknya. :D Oh ya, ternyata Om Ipung anaknya udah 3, hahaha kmana aja Red slama ini. Tuh kan, ini nih untungnya jalan2, bisa mendekatkan diri ama sodara.


Hari ke-7 (3 Januari 2011)
Hari untuk menagih janji datang juga! Yeah, hari ini Gale janji akan mengantar Red ke Pulau Sempu. Janji datang jam 7 pagi, baru nongol jam 8. Jadi berangkat sudah jam stengah 9. Pake segala putar-putar ke beberapa kampus untuk menambah pasukan. Hasilnya? Nihil... Tetap saja kami hanya berangkat ke Sempu berdua. Hanya berdua tetapi ndak mau kalah gaya, karena kami belanja 1 ikan tongkol berukuran sedang dan stengah kilo udang untuk keperluan makan malam. Mantap kan! Sebelum nyebrang makan rawon dulu karena sudah kelaparan. Naaah, dari pantai Sendang Biru sudah terlihat daratan Pulau Sempu, karena memang hanya dibutuhkan waktu sekitar 10 menit untuk menyebrang dari Pantai ke Sempu. Perahu merapat ke Sempu, dimulailah trekking Sempu dengan kondisi medan yang becek, berlumpur, dan licin. Sampai-sampai kami menghitung posisi jatuh kepleset yang masing-masing berjumlah dua untuk Red dan 2 untuk Gale. Jalan menuju Danau Segara Anakan kami lalui dengan 1,5 jam perjalanan. Start jam 4 sore, sampai Laguna Segara Anakan pukul stengah 6. Di sana ada 1 rombongan yang sudah camp 1 malam, mereka berasal dari Sidoarjo.

Makan malam yang mantab!!!

Fyuh... Puas rasanya sudah sampai di laguna. Aksi pun dimulai kembali. Lho, aksi apa? Aksi mendirikan tenda, dan bersiap-siap untuk masak pastinya. Biar tau rasa, smua hal yang berhubungan dengan amis-amis ikan dan udang dikerjakan Gale. Hehehe... Sambil Gale bakar ikan tongkol, Red main air di pinggir laguna berpasir putih. Namun hujan turun secara tiba-tiba. Masuklah Red ke dalam tenda, Oh God ternyata kelupaan satu hal. Fly sheet nya belum dipasang! Jadi flysheet hanya diletakkan di atas tenda tanpa dikencangkan dan ditahan pasak. Seada-adanya... Gale tetap di luar bakar ikan sampai matang. Saat makan malam tiba, badannya Gale sudah basah kuyub. Hahaha... Nikmat rek makan malamnya! nasi, ikan tongkol bakar, dan udang goreng. Maknyusss. Selesai makan, Gale izin bergabung dengan rombongan Sidoarjo. Red mencoba tidur, tetapi tiba-tiba hujan datang lagi, lebih deras dengan angin yang lebih kencang. Duh, Red udah baca-baca aja tuh di dalam tenda. Takut frame tenda patah, ngeri ambruk, atau tendanya terbang. Hwaaa... Mana sendirian!!! Untungnya hal itu tidak terjadi berjam-jam. Gale kembali, dimulailah sesi curhat dalam tenda. Dasar, anak muda!!! Malam pun tetap dihiasi dengan rintik hujan yang terkadang deras itu.


Hari ke-8 (4 Januari 2011)
Pagi... Waktunya sarapan dan ber-snorkelling ria. Gale bilang dia pernah nemu Bluedot stingray di sini, itu lho ikan pari totol biru yang beracun. Ari, rekan di Jakarta pun sempat menitipkan pesan hati-hati saat snorkelling di Sempu, karena pernah ada orang yang terkena sengatan ikan pari saat ia berkunjung. Hmmm, Red malah pengen ketemu sama ikan totol yang lucu ini. Hehehe... Tetapi, nasib belum mempertemukan kami. Jadi yang Red temukan di sana hanya Parrot fish dan beberapa ikan karang. Huffft...

Segara Anakan Pose... :D

Macaca Sempu

Tak bisa lama-lama snorkelling, karena harus mengejar waktu tempuh yang cukup lama dari Sempu ke arah kota Malang. Yup, selesai snorkelling kami hanya menyempatkan sedikit waktu untuk berfoto ria, bersenang-senang sejenak bersama para Macaca Sempu (ternyata monyet buntut panjangnya banyak lho di sana). Setelah itu, kembali menjadi manusia lumpur karena trekking arah kembali ke pantai lebih parah dibanding kemarin disebabkan hujan badai semalam. Waktu yang Red butuhkan hanya bertambah 15 menit dari trekking keberangkatan, tentunya dengan jalur yang 3x lebih berlumpur dibanding medan saat berangkat. Hampir putus asa memakai sendal gunung, sebab sendal Red sempat terbenam ke dalam lumpur dan membutuhkan tenaga ekstra untuk mengambilnya. Tetapi tidak menggunakan sendal pun merupakan pilihan yang tidak bijak, karena Red jadi lebih sering terpeleset. Hwahm Red benar-benar menjadi seorang monster rawa saat itu... Sampai pantai, ojek kapal sewaan kami belum datang. Dihubungi telponnya pun tak bisa. Hhh... Stress mendera! Red harus sampai di Kota Malang setidaknya pukul 12.30 siang untuk mengejar Bus ke Jakarta yang berangkat pukul 1.30. Perjalanan dari Pantai Sendang Biru ke arah kota kira-kira menbutuhkan waktu 3 jam. Nah, saat kami sampai pantai, waktu sudah menunjukkan pukul 9.45 dan ojek perahu belum bisa dihubungi! Argh!!! Sekitar 20 menit kemudian tukang ojek kapal menghubungi Gale dan segera menjemput kami. Waktu semakin sempit, dan ada saja halangan perjalanan kami. Motor Gale tidak ada di tempat penitipan motor, dan kami harus menuju rumah pemilik tempat penitipan itu untuk mengambilnya. Hmmm, ada-ada saja kejadian hari itu... Gale sampai membujuk Red untuk tinggal lebih lama di Malang bila kami tidak keburu mengejar bus. Tidaaak!!!

Sesi kejar mengejar bus pun dimulai... Perjalanan Pantai Sendang Biru ke Kota Malang kami tempuh hanya dalam waktu 1,5 jam. Kebayang dong gimana ngebutnya si Gale! Sampai rumah Bude, langsung bersih-bersih badan alias mandi. Packing aja sudah ndak sempat, hingga minta tolong Gale & Pian tuk packing. Alhamdulillah, sebelum pulang sempet nyobain ketan durian yang sengaja dibuat Bude buat Red. It was a nice snack! Tanpa basa basi lebih banyak, Red pamit dan diantar 2 bodyguard ke terminal Arjosari. Sampai terminal pukul stengah dua lebih, tapi bus Safari Dharma ke arah Jakarta belum tiba. Yaaah, tau gitu kan Red santai-santai dulu di rumah Bude. Huuu... Alhasil, nge-gembel lah kami bertiga di terminal selama 2 jam. Pukul stengah 4 bus mulai menyalakan mesinnya untuk bergerak ke Jakarta. Red berkata dalam hati, akhirnya tiba saatnya pulang liburan. Malang... Ke depannya akan selalu menjadi tujuan favorit Red sepertinya.

No comments:

Post a Comment