Thursday, March 3, 2011

Putar-putar Jakarta dulu yuuuk!

Diawali dengan gatalnya kaki Red yang ingin jalan-jalan. Terbesitlah ide "walking museum to museum" dan korban kali ini adalah Lulu... Ya, dan hanya Lulu!

Berangkat pukul stengah 10 pagi dari Bekasi, trayek kali ini menggunakan kereta api AC ekonomi seharga 4500 Rupiah bertujuan stasiun Kota. Dari sana kami mengarah ke kawasan Kota Tua. Sudah sekitar 4x Red ke kawasan ini, namun belum pernah memasuki museum-museum di sekitarnya. Tujuan pertama kami adalah Museum Sejarah Jakarta atau orang-orang mengenalnya dengan sebutan Museum Fatahillah. Biaya masuk umum hanya Rp. 2000 dan Pelajar/Mahasiswa Rp 1000. Dahulu bangunan museum merupakan kantor gubernur Belanda yang bertugas di Indonesia. Museum yang cukup terkenal, namun baru kali ini Red masuk ke dalamnya. Isi di dalamnya yang pasti interior jaman Belanda, lukisan para pemimpin Belanda atau Inggris yang pernah eksis di Jakarta, patung Hermes yang berdiri dengan gagahnya, dan ada pula penjara bawah tanah yang konon pernah menjadi tempat dikurungnya Pangeran Diponegoro.


Pose di samping patung Hermes

Lepas dari Museum Fatahillah, kami menuju tukang Soto Mie tuk makan siang. Cring pecahan 5rb keluar setelah makan. Dilanjut menuju Museum Wayang yang tiket masuknya sama dengan harga tiket Museum Fatahillah. Di sini... Tentunya diisi berbagai macam wayang dan boneka dari seluruh nusantara, bahkan dari luar negeri kita, seperti boneka atau wayang Malaysia, Vietnam, Thailand, Belanda, bahkan Inggris. Unyil dan kawan-kawannya pun ada di sana lho, sampai boneka-boneka seram pun ada ~_~". Bagian yang paling Red suka adalah lantai yang bergambar berbagai bagian tubuh wayang. It's cool!!!


Berbagai bentuk bagian tubuh wayang menghiasi lantai museum

Planningnya mau dilanjut ke Museum Keramik, tapi kok tutup yaaa. Melajulah kami ke Museum Bank Indonesia yang berisi sejarah perkembangan kebijakan perekonomian Indonesia dari jaman sebelum merdeka sampai sekarang ini. Museum terkeren yang pernah Red kunjungi... Bersih, rapi, dan tanpa blitz kamera di dalam museum. Red harus menitipkan tas sebelum masuk, jadi yang bisa dibawa hanya barang berharga dan kamera. Masuknya pun gratis, walaupun tetap menggunakan tiket. Ini baru yang namanya museum...

Target selanjutnya adalah Museum Bank Mandiri, waktu sudah menunjukkan pukul 15.40. Belum juga masuk ke dalam museum, security sudah mencegah kami masuk. Dia mengatakan kalau saat itu sudah waktunya museum akan ditutup. Haaah, Red kecewa! Untuk mengobati kekecewaan, kami makan... Red beli pempek, Lulu beli somay. Pukul 4 sore, masih malas untuk bergegas pulang ke rumah. Diputuskan kami akan mencari satu klenteng yang terletak di Petak Sembilan, Glodok.


Bagian depan klenteng petak sembilan

Menuju Glodok dari arah Kota Tua, Lulu menunjukkan letak jembatan Glodok yang masih terlihat dari kawasan Kota. Jembatan itu terlihat dekat, ya... jadilah kami berdua berjlan kaki dari depan Museum Bank Mandiri ke Pasar Glodok. Wew @_@ jauh juga lho, dan berjalan tanpa arah pula karena belum tahu letak pasti klenteng. Perlu ngubek-ngubek pasar & bertanya pada tukang parkir dahulu, barulah kami menemukan klenteng daerah Petak Sembilan itu. Wuih, warnanya eye catching banget... Merah! Suasana sekitar klenteng agak meriah, karena 3 hari ke depan merupakan hari raya etnis Tionghoa (Imlek). Hanya sempat mengambil beberapa foto di sana, karena malu untuk masuk ke dalam klenteng. Padahal ingin sekali melihat patung-patung Dewi Kwan Im yang dengar-dengar usianya sudah ratusan tahun. Huffft... Mungkin lain kali Red akan kembali ke sini. Oh ya, ada satu fenomena agak ganjil di klenteng. Banyak sekali gelandangan dan pengemis duduk atau tiduran di halaman klenteng. Mungkin mereka sengaja melakukan aktivitas-aktivitas tersebut dan mengharapkan derma dari para jemaat yang akan melakukan ritual di klenteng. Mungkin...

No comments:

Post a Comment